Sabtu, 13 Mei 2017

Permasalahan Kemacetan di Pangkal Ekor Borneo

Pada zaman sekarang kendaraan khususnya sepeda motor bukan lagi dianggap barang mewah, tetapi sudah dianggap sebagai barang primer yang diperlukan oleh seluruh orang-orang untuk beraktifitas setiap harinya. Apalagi untuk iklim cuaca di Indonesia khususnya Kalimantan Barat yang cenderung panas. Membuat masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan untuk bepergiaan. Walaupun berjarak dekat orang-orang lebih memilih menggunakan kendaraan di banding untuk berjalan kaki.
Terlebih lagi untuk masyarakat di kecamatan Jawai, orang-orang lebih memilih kendaraan sepeda motor untuk bepergian.  Sepeda motor lebih banyak dipilih dibanding mobil karena dianggap bisa lebih cepat mengantarkan orang-orang ketempat tujuan. Selain itu, harga sepeda motor juga lebih murah. Dan untuk sekarang ini untuk membeli sepeda motor sudah banyak dipermudah melalui leasing penyedia kredit yang bekerja sama dengan dealer motor.
Namun sayangnya, peningkatan jumlah kendaraan dijalan raya ini tidak ikut sebanding dengan peningkatan pembangunan infrastruktur penunjangnya. Seperti,  jalan raya, jembatan, dermaga, dan kapal pedalaman (feri) .Dikecamatan Jawai sudah banyak sekali jumlah kendaraan bermotor, apalagi pada saat mendekati musim lebaran jumlah kendaraan bermotor semakin meningkat pesat. Hal ini disebabkan masyarakat Jawai banyak yang bekerja diluar daerah maupun luar negri. Dan pada saat menjelang lebaran mereka rata-rata pulang kampung alias mudik , secara otomatis mereka memerlukan kendaraan untuk transportasi dikampung halaman. Sekedar info saja, di Kecamatan Jawai tidak memiliki kendaraan umum untuk jarak dekat. Dulu pada tahun 2000an kebawah masih ada kendaraan umum tapi setelah 2000an keatas kendaraan umum tersebut perlahan hilang dan lenyap hingga sekarang. Masyarakat Kecamatan Jawai memang lebih cenderung memilih kendaraan pribadi dibanding kendaraan umum. Selain cepat kendaraan pribadi (sepeda motor) ini juga dianggap lebih murah. Apalagi ada unsur gengsi dimasyarakat antara naik kendaraan umum dan kendaraan sepeda motor pribadi. Naik sepeda motor pribadi dianggap gengsinya lebih tinggi dibanding naik kendaraan umum. Sehingga, semenjak kredit sepeda motor lebih mudah dan dianggap murah, kendaraan umum sudah ditinggalkan oleh masyarakat Jawai untuk bepergian di sekitar area daerah kecamatan Jawai. Kecuali untuk bepergian ke kota atau keluar daerah Kecamatan Jawai, masyarakat masih ada yang lebih memilih kendaraan umum. Namun untuk anak-anak muda mereka cenderung lebih memilih menggunakan sepeda motor milik pribadi mereka. Karena dianggap lebih efektif dan efisien dari segi biaya dan waktu.
 Dari tahun ke tahun jumlah kendaraan bermotor di kecamatan Jawai semakin meningkat namun tidak dibarengi dengan peningkatan pembangunan infrastruktur di kecamatan Jawai. Kalau mendengar keluh kesah masyarakat mereka beranggapan, dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor maka penerimaan pajak pemerintah dari pajak kendaraan bermotor juga ikut meningkat. Dan seharusnya lagi, dari penerimaan tersebut dapat membiayai pembangunan infrastruktur khususnya jalan raya di Jawai. Sebenarnya, hal seperti ini membuat kekecewaan dihati masyarakat. Yang kemungkinan nantinya salah satu bentuk kekecewaannya adalah malasnya niat untuk membayar pajak dari masyarakat. Jika masyarakat sudah kecewa maka akan sulit untuk meningkatkan rasa kepercayaannya kepada pemerintah lagi. Jika, dengan pajak yang cukup besar diterima pemerintah selama ini saja tidak mampu membiayai pembangunan infrastruktur di Kecamatan Jawai apalagi nanti jika masyarakat memang benar-benar sudah kecewa dan tidak mau membayar pajak. Otomatis pajak yang merupakan sumber penerimaan terbesar di daerah ini akan berkurang atau menurun.
Selama ini memang sudah ada tindakan dari pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur jalan raya di kecamatan Jawai namun hanya sekedar tambal lubang-lubang jalan yang ada. Kalaupun ada perbaikan jalan yang benar-benar perbaikan, hal tersebut menimbulkan fenomena lucu yang akan saya tulis di paragraf berikutnya. Sebenarnya lagi, tingkat kualitas jalan di Kecamatan Jawai memang sepertinya sudah tidak sesuai dengan fungsinya. Selain sepeda motor, yang banyak melintas di jalan kecamatan Jawai adalah truk-truk dari pengusaha dan petani. Truk yang bermuatan berton-ton itu sangat cepat merusak keadaan jalan raya di Kecamatan Jawai.
Ada fenomena lucu pada saat perbaikan jalan di Jawai. Misal, ada perbaikan jalan sepanjang dari desa A ke desa B. Dan perbaikan jalan di mulai dari desa  A mengarah ke desa B. Fakta yang terjadi adalah, ketika perbaikan jalan di desa A sudah selesai dan sedang perbaikan di desa B. Jalan di desa A tersebut sudah mulai rusak lagi. Entah ini salah siapa kita tidak tahu yang mana jelasnya. Ada lagi, perbaikan jalan dengan timbunan yang biasanya masyarakat sebut sertu. Jadi pada saat, musim panas timbunan sertu ini akan menimbulkan efek debu yang luar biasa. Kasihan penduduk yang tinggal di tepi jalan raya. Setiap hari mereka menghirup udara yang mengandung debu sertu tersebut. Belum lagi debu efek sertu yang ikut masuk kerumah.
Walaupun keadaan seperti itu, masyarakat tetap bersyukur  karena meskipun berdebu jalanan yang mereka lalui sudah tidak berlubang bergelombang seperti naik kuda ketika dilalui.
Membahas tentang kemacetan, permasalahan lalu lintas di Jawai bukanlah seperti di kota-kota besar lainnya. Kemacetan di Jawai adalah kemacetan yang unik.  Saya menyebutnya disini adalah kemacetan musiman. Karena hanya terjadi pada musim-musim tertentu.  Kemacetan di Jawai yang timbul adalah efek dari keadaan jalan yang rusak dan kurangnya infrastruktur trasnportasi yang sangat diperlukan masyarakat untuk terhubung secara langsung dengan kecamatan-kecamatan di seberang Sungai Sambas Besar tersebut. Seandainya keadaan jalan mulus seperti di kota kemungkinan tidak ada istilah kemacetan di Jawai. Selain jalan yang rusak terbatasnya panjang jalan juga menjadi penyebab kemacetan terjadi. Kita ketahui akses pintu masuk menuju kecamatan Jawai itu semuanya melalui sungai. Tidak ada akses langsung melalui darat. Jadi pada saat hari-hari besar ataupun menjelang libur terjadi kemacetan besar yang cukup unik di Jawai. Kemacetan untuk menuju penyeberangan yang disebabkan keterbatasan infrastruktur penyeberangan menuju Jawai. Mungkin orang-orang menganggap ini hanya hal biasa dan bukan masalah. Tapi menurut saya dan mungkin menurut pengguna jalan di Jawai ini adalah masalah besar, efek dari minimnya infrastruktur yang menunjang mulusnya perjalanan masyarakat.
Seperti pada hari-hari besar seperti pada saat lebaran. Orang-orang ramai datang ke Jawai selain dikenal dengan masyarakatnya yang ramah. Jawai juga dikenal dengan objek wisata pantai yang indah. Nah, pada saat seperti inilah kemacetan besar terjadi. Kendaraan banyak dan jalan rusak yang menjadi kekacauan lalu lintas. Apalagi pas musim penghujan ada kendaraan yang amblas ditengah jalan. Jalanan akan menjadi sangat macet. Memang lucu dan unik, daerah yang masih tergolong terpencil di sudut ekor borneo bisa terjadi macet. Anehnya, meskipun demikian orang-orang tetap saja selalu ramai datang ke Jawai di setiap hari-hari besar. Dengan kondisi jalan yang rusak saja Jawai mampu menarik banyak orang-orang untuk datang, apalagi jika sudah memiliki jalan yang mulus.
Selama ini memang selalu ada solusi dan tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan transportasi di Kecamatan Jawai. Namun, perbaikan-perbaikan hanya bersifat sementara, entah karena kualitas jalan yang tidak bagus atau karena kondisi banyaknya kendaraan atau cuaca di Jawai saya tidak bisa menjelaskannya.. Yang kadang dermaga feri yang rusak tepat menjelang hari-hari besar, dan juga feri yang disediakan juga termasuk feri yang kecil tidak bisa banyak mengangkut penumpang dan kendaraan, hingga menyebabkan antrian panjang yang menimbulkan kemacetan mirip kemacetan di pintu masuk tol di Jakarta. Untuk yang penyeberangan melalui Penjajab-Sungai Batang juga tidak kalah macetnya. Pada menjelang hari libur, hari besar atau hari-hari tertentu lainnya kendaraan sangat membludak. Antrian kendaraan sepeda motor sangat panjang yang bisa berjam-jam baru bisa menyeberang.
Sebaiknya, dengan kondisi yang seperti itu. Pemerintah harus merencanakan pembangunan jalan di kecamatan Jawai bukan hanya dengan material aspal. Tetapi jalan di kecamatan jawai juga harus di beton dengan kuat dan berkualitas bagus. Agar jalan di kecamatan Jawai tahan lama. Meskipun biayanya lumayan besar, namun dapat menghemat anggaran lumayan lama atau dengan kata lain penghematan anggaran untuk jangka panjang. Selain itu, pemerintah juga harus segera merealisasikan pembangunan jembatan penghubung Jawai dengan Kecamatan di seberang Jawai. Karena selama ini, tidak adanya jembatan memang merupakan menjadi masalah transportasi tersbesar di Kecamatan Jawai Semenjak banyaknya kendaraan yang masuk di Jawai. Selain itu, minimnya penujang infrastruktur trasnportasi di Jawai merupakan salah satu faktor penghambat kegiatan ekonomi di Jawai. Atau cara yang terakhir, jika memang dengan menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Sambas  sulit sekali bagi Jawai untuk mendapatkan kemajuan infrastruktur. Maka sebaiknya Kecamatan Jawai dan kecamatan-kecamatan lain yang berada di pesisir Sambas membentuk Kabupaten baru. Dengan adanya pemekaran seperti ini, pendistribusian keuangan pemerintah menjadi lebih terfokus, dan juga pastinya akan terjadi peningkatan-peningkatan status jalan yang dapat mengurangi beban keuangan kabupaten.

Dengan kondisi infrastruktur yang bagus pasti akan banyak investasi masuk yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi di kecamatan Jawai, yang mungkin juga akan berdampak ke pertumbuhan ekonomi kabupaten Sambas. Selama ini walaupun dengan infrastruktur transportasi yang buruk Jawai tetap mengalami peningkatan pembangunan perekonomian. Dengan kondisi seperti itu saja kecamatan Jawai bisa maju dan membangun daerahnya, apalagi jika infrastruktur sudah bagus. Pasti akan menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar